Sesungguhnya hanya dengan keimanan dan ilmu pengetahuan umat ini akan ditinggikan derajatnya oleh Allah. Ilmu yang dipelajari atas dasar iman dan diejawantahkan dalam produktifitas amal shaleh dalam kehidupan. Jelas sekali, karena dalam Islam yang dikehendaki bukanlah sebatas konsep, melainkan sampai tataran aplikatif.
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (Al-Mujadilah: 11)
Terlepas dari itu, Islam telah mempersiapkan berbagai limpahan pahala dan kebaikan bagi para penuntut ilmu.
Rasulullah bersabda, “Barangsiapa meniti satu jalan untuk mencari ilmu, niscaya Allah membentangkan baginya satu jalan dari jalan-jalan surga. Dan sesungguhnya para malaikat membentangkan sayap-sayap mereka karena ridha terhadap thalibul ‘ilmi (penuntut ilmu agama). Dan sesungguhnya seorang alim itu, dimintakan ampun oleh siapa saja yang ada di langit dan di bumi dan oleh ikan-ikan yang ada di dalam air. Dan sesungguhnya keutamaan orang alim (berilmu) atas seorang ahli ibadah seperti Keutamaan bulan di malam purnama atas seluruh bintang-bintang. Dan sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, tetapi mereka telah mewariskan ilmu. Barangsiapa yang mengambil-nya, berarti dia telah mengambil bagian yang banyak”. (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad dan lainnya. Dihasankan oleh Syaikh Salim al-Hilali di dalam Bahjatun Nazhirin)
Dalam sabda yang lain dikatakan, “Barangsiapa meniti jalan untuk mencari ilmu, maka Allah memudahkan jalan baginya ke surga.” (HR. Muslim)
Rasulullah juga bersabda, “Barangsiapa yang keluar untuk menuntut ilmu, maka ia fisabilillah sampai ia pulang.” (HR. Tirmidzi)
Maka semestinya seorang Muslim senantiasa memiliki semangat untuk mencari ilmu, tidak sebatas di bangku sekolah tetapi di manapun dan kapanpun. Bahkan meski sampai negeri China, ‘Tholabul ‘ilmi wa lau bissin,’ kata Rasul.
Khlaifah Ali bin Abi Thalib pernah memberi nasehat kepada seorang tabiin, “Wahai Kumail bin Ziyad! Sesungguhnya hati itu adalah wadah, maka sebaik-baik wadah adalah yang paling banyak memuat kebaikan. Ingatlah apa yang akan aku katakan kepadamu: Manusia itu ada tiga macam: Seorang ‘alim rabbani (seorang yang berilmu, mengamalkan ilmunya dan mengajarkannya), seorang pelajar yang berada di atas jalan keselamatan, dan orang-orang hina, para pengikut setiap yang berteriak. Mereka mengikuti (arus) setiap angin, mereka tidak mendapatkan cahaya ilmu dan tidak berpegangan dengan tiang yang kokoh.” (Min Washaya As–Salaf, Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilali).
Nah, sekarang silakan pilih ingin termasuk kategori yang mana. Wallahua’lam bi shawwab [ibnu hamdani dari berbagai sumber]
Tentang Ilmu
Kedhaliman yang berkaitan dengan Ilmu
1. Mengajarkan Tanpa Dasar yang Kuat (asal)
Waspadailah berbagai kemudahan dalam memahami ilmu agama tanpa disandarkan pada sumber hukum yang kuat. Salah satu strategi Zionis adalah dengan menjauhkan Muslim dari sumber-sumber asli. Seolah mereka telah cukup menelaah buku-buku dengan kutipan kesekian kalinya. Sehingga tidak perlu lagi mempelajari kitab-kitab (kitab induk) yang ditulis ulama terdahulu.
Orang lebih senang mendengarkan lantunan Al Quran dari MP3, Tape recorder, atau VCD, tetapi enggan membaca. Waspadalah itu salah satu strategi Zionis menjauhkan umat Islam dari Al Quran.
2. Mencari Ilmu dengan Niat yang Keliru
Dalam sebuah hadits, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam mengingatkan kita dengan sabdanya: "Barangsiapa mempelajari ilmu untuk bermegah-megahan di antara ulama' atau untuk membantah orang-orang bodoh, atau untuk mengambil simpati orang banyak kepadanya, maka ia akan dimasukkan ke dalam neraka".(HR. Turmudzi).
3. Ilmu hanya untuk golongan tertentu
Sekarang marak berbagai pelatihan, seminar dan workshop ilmu agama yang diadakan di hotel-hotel atau tempat mewah lainnya dengan biaya jutaan rupiah, tanpa diimbangi dengan menggelar acara untuk umum, sehingga mereka yang tidak mampu mengikutinya tidak mengetahui ilmu itu.
Hadits-Hadits
"Jadilah kamu seorang pengajar, atau pelajar, atau mendengarkan (ilmu), atau mencintai (ilmu), dan janganlah kamu menjadi orang yang kelima, kamu pasti menjadi orang yang celaka." (H.R. Imam Baihaki)
Maksud dari orang kelima di sini adalah janganlah menjadi orang yang bodoh, yang akan celaka di dunia dan akhirat kelak, sehingga dapat terjerumuskan kepada hal-hal keburukan.
“Kelebihan seorang yang alim daripada orang yang rajin ibadah, bagaikan kelebihanku terhadap orang yang terendah di antaramu.” (HR. Tirmidzi dari Abu Umamah)
“Sesungguhnya Nabi tidak mewariskan uang dinar atau dirham hanya mereka mewariskan ilmu agama, maka siapa yang telah mendapatkannya berarti telah mengambil bagian yang besar.” (HR. Abu Dawud-Tirmidzi dari Abu Darda’)
dikutip dari Buku ‘Sabda-Sabda Pencerah Jiwa’ tulisan Ibnu Hamdani
BalasHapus