Tidak diragukan lagi, posisi ulama dalam Islam mendapat tempat yang istimewa. Mereka karena kelebihan ilmunya menjadi panutan umat. Memberi pencerahan sekaligus merintis jalan keteladanan. Terlebih di tengah gelombang globalisasi yang diliputi budaya permisif dan lunturnya nilai-nilai moral seperti saat ini kehadiran ulama sangat dibutuhkan.
Rasulullah menyatakan kedudukan ulama melebihi ahli ibadah, “Sesungguhnya keutamaan orang alim atas ahli ibadah seperti keutamaan bulan di atas seluruh bintang. Sesungguhnya para ulama itu pewaris para Nabi. Dan sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar, tidak juga dirham, yang mereka wariskan hanyalah ilmu. Dan barangsiapa yang mengambil ilmu itu, maka sungguh, ia telah mendapatkan bagian yang paling banyak.” Hadits Shahih, diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majjah dan Ibnu Hibban
Ulama yang dimaksud di sini adalah ulama yang ‘alim. Ulama yang memang paham mengenai ilmu agama, tidak sekedar hafal. Dengan kepahamannya itu mampu memunculkan kebijaksanaan dan solusi alternatif terhadap permasalahan yang dihadapi umat. Bukan justru memanfaatkan ilmu yang dimiliki demi meraup keuntungan pribadi atau golongan. Kepiawaian dalam berbicara bukanlah tolok ukur utama dalam menilai ulama yang ‘alim. Karena bisa jadi kemampuan yang demikian justru membuatnya begitu bebas membolak-balik kata sesuai keinginan pribadinya. Sinyalemen demikian pernah diungkapkan oleh Ibnu Mas’ud.
“Sesungguhnya kalian berada di sebuah zaman di mana jumlah ulamanya sangat banyak dan sedikit tukang khutbahnya, dan sesungguhnya akan datang sebuah zaman yang sangat banyak jumlah tukang khutbahnya namun sedikit ulamanya.”
“Sesungguhnya kalian berada di sebuah zaman di mana jumlah ulamanya sangat banyak dan sedikit tukang khutbahnya, dan sesungguhnya akan datang sebuah zaman yang sangat banyak jumlah tukang khutbahnya namun sedikit ulamanya.”
Sekarang kita butuh ulama yang ‘alim. Yang tidak hanya pintar dalam berkhutbah, namun juga paham ilmu agama dan mampu mengaplikasikan ke-fakihan-nya dalam realitas nyata. Wallahu’alam bi shawwab.
oleh: Eko Triyanto
oleh: Eko Triyanto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar