Media Komunikasi Informasi dan Dakwah --- Pimpinan Cabang Pemuda Muhammadiyah Minggir -- Fastabiqul Khairat .

Label

Senin, 11 Oktober 2010

MENITI JALAN MENUJU TAKWA

Allah pun Telah Menjanjikan Kemenangan

Dalam salah satu firmanNya Allah dengan tegas telah berjanji, “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (Al A’raf [7]: 96)
Lalu mungkin kita bertanya, mengapa umat Islam dan negara-negara berpenduduk mayoritas muslim justru menjadi negara-negara yang tertinggal? Apakah ada yang salah dengan janji Allah tesebut?



Dalam kalamNya yang abadi, Allah juga berjanji, “Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.” (Ath Thalaaq [65]: 2)

Dengan demikian semestinya umat Islam menjadi umat terbaik (khairu ummah). Mampu mengatasi rintangan dan cobaan yang dihadapi karena Allah telah menjamin adanya jalan keluar dari setiap kesulitan, memberi petunjuk dalam setiap kegelapan, menghadirkan ketenangan dalam setiap kegalauan.

Apakah Allah ingkar janji? Jawabnya jelas: Tidak! Karena Allah adalah Dzat yang selalu menepati janji. Jika sampai saat ini umat Islam masih terbelakang dan tertinggal dengan umat lain, boleh jadi kita sejatinya belum layak mendapat predikat takwa. Kita belum memenuhi persyaratan sebagai kaum yang berhak mendapatkan pertolongan dari Allah. Maka cara terbaik untuk mendapatkan pertolongan Allah adalah dengan perbaikan diri, keluarga, masyarakat dan umat, sehingga kita layak medapatkan pertolonganNya. Semakin jauh kita dari Allah, berarti pula kita menjauhkan diri dari pertolongan Allah.

Janji Allah dalam Al Quran tersebut juga tidak dimaksudkan untuk membuat umat Islam terbuai, lalu hanya berpangku tangan menunggu keadaan itu terjadi. Sebaliknya janji Allah tersebut harus menjadi pemacu bagi setiap Muslim untuk berbenah, berusaha mewujudkannya dengan suatu keyakinan bahwa setiap usaha yang dilakukan akan semakin mendekatkan terwujudnya apa yang telah Allah janjikan itu.

Jamaludin Al Afghani menyebut kelemahan umat Islam bukan terletak pada ajarannya. Tapi umatnya yang tidak mau belajar, statis, fatalis dan salah dalam memahami takdir yang membuat mereka tidak mau berusaha dengan sungguh-sungguh. Jamaludin berpendapat bahwa takdir (qadha dan qadhar) mengandung maksud sesuatu terjadi menurut sebabnya. Bukan terjadi dengan sendirinya. Dengan demikian manusia semestinya bersungguh-sungguh mengupayakn sebabnya.

Jika Kalian Bertakwa!
Berbagai keutamaan dan kebaikan akan diperoleh orang-orang yang menjadikan takwa sebagai hiasan diri. Mengiringi setiap lintasan bathin, mewarnai setiap tutur kata, dan mewujud dalam setiap tingkah laku.

Pertama, orang yang bertakwa akan dicintai oleh Allah, “(Bukan demikian), sebenarnya siapa yang menepati janji (yang dibuat)nya dan bertakwa, maka sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa.” (Ali 'Imran [3]: 76)

Kedua, ditunjukkan jalan keluar dari persoalan dan diberi rizki dari arah yang tak diduga. Allah berfirman, artinya, “Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (Ath Thalaaq [65]: 2-3)

Ketiga, tidak akan mudah terpedaya oleh tipu muslihat musuh, seperti disebutkan dalam Al Quran, “Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan.” (Ali 'Imran [3]: 120)

Keempat, akan memperoleh petunjuk dan diampuni kesalahannya. “Hai orang-orang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu Furqaan. Dan kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (Al Anfaal [8]: 29)

Dalam Al Quran terjemahan Depag, furqaan dimaknai sebagai petunjuk yang dapat membedakan antara yang haq dan yang batil, dapat juga diartikan sebagai pertolongan.
Kelima, mendapatkan rahmat Allah. “Hai orang-orang yang beriman (kepada para rasul), bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan dan Dia mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al Hadiid [57]: 28)

Keenam, memperoleh pahala dari sisi Allah, “Sesungguhnya kalau mereka beriman dan bertakwa, (niscaya mereka akan mendapat pahala), dan sesungguhnya pahala dari sisi Allah adalah lebih baik, kalau mereka mengetahui.” (Al Baqarah [2]: 103)
Ketujuh, berhak mewarisi surga dengan segala kenikmatannya, “Itulah surga yang akan Kami wariskan kepada hamba-hamba Kami yang selalu bertakwa.” (Maryam [19]: 63)
Dan tentu masih banyak lagi kebaikan-kebaikan yang telah disediakan Allah bagi orang-orang yang bertakwa.

Berupaya Menjadi Insan Bertakwa
Ada sebuah dialog menggetarkan. Ketika Allah bertanya kepada manusia. Kepada kita semua.
“Katakanlah: ‘Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?’ Maka mereka menjawab: ‘Allah’. Maka katakanlah: ‘Mengapa kamu tidak bertakwa kepadaNya?’” (Yunus [10]: 31)

Dalam firmanNya yang lain, Allah juga bertanya, “Katakanlah: ‘Kepunyaan siapakah bumi ini, dan semua yang ada padanya, jika kamu mengetahui?’ Mereka akan menjawab: ‘Kepunyaan Allah.’ Katakanlah: ‘Maka apakah kamu tidak ingat?’ Katakanlah: ‘Siapakah pemilik langit yang tujuh, pemilik ‘Arsy yang besar?’ Mereka akan menjawab: ‘Kepunyaan Allah.’ Maka katakanlah: ‘Maka apakah kamu tidak bertakwa?” (Al Mu’minun [23]: 84-87)

Menjadi insan yang bertakwa adalah keharusan setiap Muslim. Meskipun untuk mewujudkan tidaklah semudah mengucapkannya. Perlu proses dan usaha secara konsisten. Takwa adalah sebuah pilihan di antara pilihan lainnya. Orang yang tidak memilih ketakwan berarti ia mendekati kefasikan. “Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (Asy Syams [91]: 8-10)

Takwa menjadi pembeda derajat kedekatan seorang hamba dengan Rabbnya. Semakin tinggi derajat ketakwaannya berarti semakin tinggi pula kedudukannya dalam pandangan Allah. Seperti juga keimanan, ketakwaan tidak bisa diwariskan, tidak bisa diperjualbelikan pun dipaksakan. Tetapi ia muncul dari usaha seorang hamba, buah dari ibadah-ibadah yang dipersembahkan hanya untuk Allah. Karena sesungguhnya ujung dari ibadah itu adalah agar seorang hamba menjadi insan yang bertakwa.

Seorang mukmin diwajibkan berpuasa agar bertakwa. Seorang muslim yang melaksanakan qurban maka yang diterima adalah takwanya. Begitupun ibadah lainnya bermuara pada takwa. Amal saleh tanpa dibarengi ketakwaan bisa jadi tiada berguna.
"Peganglah dengan teguh apa yang telah Kami berikan kepadamu, serta ingatlah selalu (amalkanlah) apa yang tersebut di dalamnya supaya kamu menjadi orang-orang yang bertakwa." (Al A'raaf [7]: 171)

Dalam salah satu sabdanya Rasulullah menasehatkan, “Bertakwalah kepada Allah karena itu adalah kumpulan segala kebaikan, dan berjihadlah di jalan Allah karena itu adalah kerahiban kaum muslimin, dan berdzikirlah kepada Allah serta membaca kitabNya, karena itu adalah cahaya bagimu di dunia dan ketinggian sebutan bagimu di langit. Kuncilah lidah kecuali untuk segala hal yang baik. Dengan demikian kamu dapat mengalahkan setan.” (HR. Thabrani)
Kemudian, marilah kita berupaya terus meniti jalan menuju takwa. Sebab setiap helaan napas sejatinya adalah pertanda bahwa kita kian dekat dengan alam kubur. Bergantinya hari sesungguhnya menjadi peringatan bahwa jatah umur kita di dunia semakin berkurang. Maka alangkah beruntungnya orang yang mampu mengakhiri episode kehidupannya, dengan menjadi insan bertakwa.
Wallahu a’lam bi shawwab.
[3ko]

1 komentar:

Melebarkan Sayap

Bagi para pembaca yang ingin berpartisipasi dalam penerbitan Buletin Al-Fajr ini baik berupa iklan, donasi, artikel, saran dan kritik dapat menghubungi alamat redaksi.
Akhirul kalam, Selamat membaca !!!
(Atau E-mail ke: alfajr@telkom.net / mrperie@yahoo.com)